Lesson Learned #24: Cari Muka

Sumber: popular-world.com

Siapa di sini yang suka cari muka? Semoga tidak ada ya.
Kalau ada juga tidak apa-apa sih.

Selama saya bekerja dalam delapan tahun belakangan ini, saya juga menemukan rekan kerja yang senang mendapatkan pujian dan senang diperhatikan. 

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan itu, dia sering tampil di muka dan memberikan penjelasan sana-sini yang kadang tidak diminta sih.

Pengalaman pribadi saya, saya termasuk rekan kerja yang inginnya tim merasa senang. Enaknya sih kalau membagikan kabar baik. Nah, bagaimana dengan kabar yang tidak menyenangkan? Tidak enak banget. Tapi, saya harus bersikap adil juga kan? 

Sadar tidak sadar, saya juga senang memberikan pujian kepada rekan kerja. Tapi, saya juga terkadang lupa diri. Saya menyampaikan pujian yang tidak sepenuh hati. Sebenarnya hal yang saya sampaikan tidak perlu disampaikan, tapi entah energi dari mana itu berasal, akhirnya saya bicarakan juga.

Capek euy!
Memuji orang dalam rangka menyenangkan mereka tidak menyenangkan juga ternyata. Minimal saya harus paksa diri untuk tersenyum. Otot wajah saya sakit. :D

Selain itu, saya juga sadar bahwa saya sedang membohongi diri saya sendiri. Hufftt!!
Pujian palsu yang kita sampaikan akan membuat orang yang kita puji juga bisa lupa diri. Mereka akan menganggap bahwa keadaan mereka baik-baik saja, yang mungkin akan berdampak kepada cara berpikir mereka di masa yang akan datang. Misalnya jadi anti kritik. 

Jadi, cari muka itu tidak ada untungnya sama sekali, yang ada mah capek menahan beban moral dan mental. Jujur saja apa adanya. Kalau memang tidak ada yang perlu dibahas dan dikomentari, diam saja lah. Diam memang suka bikin canggung. Tidak apa-apa lah ya! :D


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer