Albert Camus: Waktu yang Tepat Untuk Mati

"Hari ini saja, kesendiriannya menjadi lebih nyata karena hanya pada hari ini ia merasa terhubung dengan kesendiriannya."

Patrice Mersault, tokoh utama dalam cerita ini mejalani hari-harinya dengan bebas dan menikmati hidup. Mersault tinggal bersama kakaknya setelah kematian ibu mereka. 

Akan tetapi, Mersault yang hidup asal-asalan dan berantakan menjadi alasan bagi kakaknya untuk meninggalkannya. 

Diceritakan di dalam buku ini mengenai kegelisahan dan perbincangan tentang hidup dengan ringan tapi filosofis. Tokoh pertama yang menjadi teman bicara Mersault adalah Zagreus. 

Mersault dan Zagreus membahas mengenai perjuangan mereka untuk mencapai titik kebahagiaan di dalam hidup mereka. Kehidupan yang begitu miskin menjadi alasan untuk berjuang hidup sekeras-kerasnya untuk menemukan kebahagiaan itu. Akan tetapi, kecelakaan yang dialami Zagreus memaksanya untuk menjadi pincang seumur hidup. Akhirnya, Zagreus berusaha untuk menjadi bahagia dengan caranya dari hari ke hari. 

Sepertinya Zagreus memang punya niat untuk bunuh diri. Hal ini terlihat ketika ia menunjukkan senjata revolver dan kertas putih yang bertuliskan tanggal ketika dia akan menembakkan senjata itu ke keningnya. Akan tetapi, Mersault lah yang mengeksekusi rencana itu. Mersault membunuh Zagreus dan merampas uangnya. Kematian Zagreus dianggap sebagai bunuh diri.

"Ada hari-hari di mana aku ingin bertukar hidup dengannya. Tapi, kadang, keberanian untuk hidup lebih susah diraih daripada keberanian untuk bunuh diri."

Setelah membunuh Zagreus, Mersault pun berangkat ke Mersaille. Tidak lama setelah di Mersaille, Mersault bertolak ke Aljazair karena ajakan ketiga teman perempuannya bernama Rose, Claire dan Catherine.

Mersault memulai hidupnya yang baru dengan tinggal di rumah tepi pantai. Mersault sangat menyukai laut. Setiap hari ia selalu menyempatkan dirinya untuk berenang dan berjemur di bawah terik matahari dan bau air garam.

"Laut terbelah oleh laju kapal. Langit dipenuhi bintang. Dan Mersault, tanpa berkata, merasakan kekuatan luar biasa dan mendalam untuk mencinta dan mengagumi hidup ini dengan wajah berlinang air mata dan bermandikan sinar matahari. Ia juga merasakan semua kekuatan cinta dan keputusasaannya bersatu ketika ia mencoba memeluk hidup, beserta asam garamnya. Di situlah ia miskin, dan hanya di situlah ia merasa kaya."

Aljazair menjadi tempat terakhir bagi Mersault untuk menikmati sekaligus mengakhiri hidupnya. Dengan perlahan-lahan dan secara sadar dalam sakitnya ia menerima kebenaran dunia yang tak bergerak, yaitu kematian.

Dalam sadarnya, Mersault meninggal.

Seperti biasa ya, Camus menghadirkan cerita yang membuat kita bertanya-tanya tentang makna dan tujuan hidup. Mengenai hidup yang absurd ini. Pertanyaan yang muncul dalam benak saya ketika membaca dan membaca ulang lagi buku ini adalah "Apakah ada waktu yang tepat untuk mati?" 

Bisakah kita memilih cara kita mati? Seperti Zagreus yang dibunuh atau Mersault yang mati dengan perlahan-lahan dalam sadarnya.

Dibunuh bukan saja tentang mati karena dibunuh oleh orang lain ya. Bisa saja karena sakit-penyakit atau kecelakaan. Bagaimana dengan bunuh diri? Apakah bunuh diri merupakan cara mati yang dibunuh atau cara mati dalam sadar?

Pertanyaan berikutnya adalah "Kapan waktu yang tepat untuk mati?" Banyak orang ingin mati setelah punya anak. Setelah berkeliling dunia. Setelah menceklis semua daftar mimpinya. Setelah menang lotre. Setelah menjadi orang kaya. Setelah menikah, dan masih banyak lainnya..

Ada juga yang ingin mati di usia tua. Ada juga yang mati ketika usia muda. Mati saat masih bayi. Mati saat bermain bersama teman-teman. Banyak cara manusia untuk mati.

Jadi, kapan waktu yang tepat untuk mati?


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer